INFORMASI :

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PEMERINTAH DESA GEMEKSEKTI KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN

Sejarah Desa Gemeksekti

Sejarah Desa Gemeksekti

SEJARAH DESA GEMEKSEKTI

Sejarah Desa Gemeksekti ini bermula dari dua desa yaitu Desa Watubarut (yang berada pada Distrik/Kecamatan Alian, yang secara administratif sekarang meliputi sebagian RW03) dan Desa Tanuraksan (yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Kebumen) yang masing-masing mempunyai sejarah yang berlainan dalam perkembangannya. Sampai pada suatu saat pada tahun 1900an disatukan atas perintah Bupati Harumbinang karena pertimbangan barbagai hal salah satunya adalah masalah kondisi fisik dan geografis.

Perihal nama dari gabungan desa ini mendapat perhatian khusus dari seluruh warganya, maka diadakannya pertemuan tokoh-tokoh masyarakat kedua desa, maka diputuskan nama Gemeksekti, yang diambil dari nama klangenan/peliharaan Pangeran Kajora (mertua dari Pangeran Trunojoyo yang memberontak di Kasunanan Surakarta yang melarikan diri ke arah barat Surakarta setelah pangeran Trunojoyo terbunuh) yang dilepaskan/ditinggal di daerah bukit pencu. Peliharaan ini berupa burung puyuh (gemek) sakti yang konon dapat memberikan tanda tertentu jika desa ini akan mendapatkan bencana atau pageblug/wabah.

Kepala desa pertama dari gabungan antara dua desa ini adalah Tjokro Diwiryo yang merupakan cucu dari salahsatu pendiri Desa Watubarut yaitu Joyo Suwongso. Kepemimpinan Tjokro Diwiryo ini berakhir sampai masa kependudukan Jepang berakhir.

1.    Sejarah Desa Watubarut

Pada sekitar tahun 1835 setelah berakhirnya perang Diponegoro, maka sisa-sisa laskar Pengeran Diponegoro di kedu selatan mengalami perpecahan dan bercerai-berai ke berbagai kota di Jawa Tengah

Dibawah pimpinan Joyo Suwongso yang masih keturunan Kolopaking ke III atau saudara tua dari Kolopaking ke IV yaitu Raden Kertosuwongso masih bertahan di kota di sebelah utara kota Kebumen (yang dahulu bernama Panjer Roma) yang secara geografis terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan berada di pinggir sungai besar, hal ini menjadikan daerah utara ini menjadi tempat persembunyian yang ideal, sedangkan alasan beliau untuk tidak meninggalkan Kebumen adalah agar keturunan Kolopaking tidak musnah dari kota Kebumen yang merupakan kota leluhur dari trah Kolopaking itu sendiri.

Oleh karena kedekatan beliau dengan Bupati Harumbinang yang pada saat itu menjabat Bupati Kebumen, maka beliau diberi ijin dan wewenang untuk membuka pemukiman di Kebumen Utara, dalam penugasannya beliau bertemu dengan  2 (dua) orang yaitu; Mbah Suryani yang pada saat itu sudah terlebih dahulu mendiami wilayah Tangkil (yang saat ini menjadi Dusun Tangkil RT 08/03 dan RT 09/03), Mbah Sawi yang mendiami Bukit Elo (yang saat ini menjadi wilayah Dusun Prajamukti RW 04). Dalam perkembangannya tiga orang inilah yang merupakan pendiri Desa Gemeksekti

Dalam pelaksanaanya dibantu oleh pengikut Joyo Suwongso yang berasal dari daerah daerah pesisir selatan antara lain dari Ambal, Mirit, Butuh, dan sebagian daerah Kutoarjo Selatan.

Seiring dengan berjalannya waktu usaha mereka mulai menampakkan hasil, rumah pertama yang berdiri adalah rumah Joyo Suwongso baru kemudian didirikan langgar (mushala), di bawah asuhan dari Mbah Suryani, dengan didirikannya langgar ini kepercayaan masyarakat mulai berkembang ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, bangunan-bangunan ini didirikan dengan gotong-royong, sedangkan material bangunannya masih berupa kayu yang memang pada saat itu masih banyak terdapat di wilayah tersebut.

Begitu pula dengan perkembangan area pertanian sebagai mata pencaharian penduduk, wilayah yang sebelumnya masih berupa hutan mulai dibabat untuk dijadikan lahan pertanian

Seiring berjalannya waktu, maka area pemukiman dan pertanian yang dibangun dengan susah payah ini mulai berkembang menjadi semakin teratur dan memenuhi syarat untuk menjadi sebuah desa, kemudian atas ijin dari Bupati Harumbinang dibuatlah sebuah wilayah administratif desa yang meliputi wilayah Dusun Tangkil dan Dusun Sumelang dengan Joyo Suwongso dengan Lurah pertama.

Disini Joyo Suwongso mengusulkan nama Watubarut sebagai nama desa, Watubarut ini sendiri adalah sebuah bekas reruntuhan peninggalan kuno yang terletak di sebelah timur Bukit Pencu (bukit yang secara administratif berada di wilayah Dusun Tangkil dan berbatasan sebelah utara dengan Dusun Prajamukti) kemungkinan reruntuhan ini merupakan bangunan peribadatan dahulu kala, hal ini dibuktikan dengan adanya pecahan batu andesit/batu candi berbentuk persegi empat yang secara geografis batuan ini tidak berasal dari Desa Gemeksekti, kemungkinan batuan ini dahulu didatangkan secara sengaja ke situs tersebut. Selain itu tumbuh juga pohon beringin putih (ficus benjamina) diatas reruntuhan yang akarnya membelit (barut) batu (watu) tersebut. Sampai sekarang reruntuhan batu ini masih bisa diamati sedangkan pohon beringin yang tumbuh di atas situs tersebut sudah mati karena kurangnya pelestarian dari masyarakat sekitar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.2

Foto situs watubarut

Sumber; PS ND 2010

 

2.    Sejarah Desa Tanuraksan

Dari informasi yang dikumpulkan melaui sesepuh/tokoh desa, sejarah Desa Tanuraksan (yang sekarang secara administratif menjadi Dusun Tanuraksan yang meliputi RW01 dan RW02) sendiri pada saat ini sudah agak samar. Secara geografis wilayah Desa Tanuraksan terletak di tepi Sungai Lukulo yang pada dahulu kala mempunyai peranan yang penting bagi masyarakat, disamping air sebagai sumber kehidupan, juga berfungsi sebagai sarana transportasi yang efektif pada masa itu.

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Kebumen Terkini

Bupati Kebumen Hibahkan Eks Gedung SD untuk Pemerintah Desa Sawangan
Bupati Resmikan Pantai Heppii, Wisata Rakyat, Nyaman, Murah Meriah
Bupati Minta Promosi Geopark Kebumen di Gencarkan
Pemkab Kebumen Raih Penghargaan literasi Nasional dari Nyalanesia
Konsen Beri Perlindungan Terhadap PMI, Pemkab Kebumen Dapat Penghargaan dari Kemenlu

Arsip BERITA

Data Desa

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2

Polling 3